Penelusuran historis TK ABA tertua di Indonesia menunjukkan bahwa Froubel Kindergarten ‘Aisyiyah yang didirikan di kampung Kauman, Yogyakarta, oleh para kader putri ‘Aisyiyah yang tergabung dalam Siswa Praja Wanita (SPW) pada 21 Agustus 1919 merupakan embrio bagi berdirinya Taman Kanak-kanak (TK) ‘Aisyiyah Bustanul Athfal (ABA) di seluruh wilayah Indonesia. TK ABA pertama dan tertua didirikan pada tahun 1924 di kampung Kauman sebagai transformasi dari Froubel Kindergarten ‘Aisyiyah yang didirikan sebelumnya. Latar belakang berdirinya TK ABA di kampung Kauman tersebut adalah untuk merealisasikan cita-cita pendidikan pendiri Muhammadiyah, K.H. Ahmad Dahlan (1868 – 1923), yang disebut sebagai “catur pusat pendidikan” agar pendidikan berlangsung di dalam lingkungan keluarga, masyarakat, sekolah, dan tempat ibadah (masjid dan mushola) dalam rangka menyiapkan generasi muda yang beriman, kuat jasmani dan ruhani, bertaqwa dan berakhlak mulia. Selain itu juga didorong oleh semangat Al Quran Surah (4) An Nisa ayat 9 untuk tidak meninggalkan keturunan yang lemah (dzurriyatan dhia’fan). Pendirian TK ABA pertama dan tertua di Indonesia itu menunjukkan adanya kesadaran pendidikan yang tinggi di kalangan kader SPW, ‘Aisyiyah dan sekaligus Muhammadiyah.
Pengantar ~ v
Sambutan Majelis Dikdasmen PP ‘Aisyiah ~ ix
Sambutan Ketua PP ‘Aisyiah ~ xi
Daftar Isi ~ xiii
Bab 1 Pendahuluan ~ 1
Bab 2 Latar Belakang Berdirinya TK ABA Kauman dan Perkembangannya ~ 15
Bab 3 Dinamika Sejarah TK ABA di Sumatera ~ 47
Bab 4 Dinamika Sejarah TK ABA di Jawa ~ 125
Bab 5 Dinamika Sejarah TK ABA di Bali dan Nusa Tenggara ~ 183
Bab 6 Dinamika Sejarah TK ABA di Kalimantan ~ 217
Bab 7 Dinamika Sejarah TK ABA di Sulawesi ~ 251
Bab 8 Dinamika Sejarah TK ABA di Maluku dan Papua ~ 297
Bab 9 Penutup ~ 311
Daftar Pustaka ~ 315
Glosarium ~ 319
Indeks ~ 327
Tim Peneliti ~ 343
Kilas Balik Satu Abad Pendidikan Anak dalam Muhammadiyah Pada Buku "PERJALANAN SEJARAH TK ABA DI INDONESIA (1919-2019)”
Menurut perkembangannya, TK ABA yang awalnya didirikan di kampung Kauman, Yogyakarta aktivitasnya terpusat secara seadanya di depan rumah ‘Siti Umnijah’, lalu dipindah ke belakang rumah ‘Haji Irsyad’ yang juga menjadi markas SPW (Siswa Praja Wanita) saat itu. Kabarnya, rumah itu sekarang jadi mushola ‘Aisyiyah di daerah Kauman. Semua ini diperkuat oleh rubrik majalah Suara ‘Aisyiyah (Taman Nasjiah) yang menceritakan lokasi aktivitas SPW saat itu, Tertulis;
“…ketika masih dipegang sdr. St. Wasilah, SPW, itoe bertempat di soeatoe roemah jang sekarang telah diperbaiki mendjadi Moeshalla ‘Aisjijah itoe. Setelah SPW dipimpin sdr St. Oemnijah, maka perkoempoelan SPW itoe dipindah di belakang roemah St. Oemnijah. Tempat itoe masih boeroek, kalau hoedjan, airnja dapat masoek…
Keterbatasan fasilitas rupanya tidak jadi pengahalang SPW untuk membesarkan TK ABA Kauman serta mengajar anak-anak dengan kondisi rumah yang bocor di saat hujan dan keterbatasan ruangan kelas.
Dengan memahami tantangan dan pencapaian TK ABA (Taman Kanak-kanak 'Aisyiyah Bustanul Athfal) di masa lalu, khususnya bagaimana TK ABA dapat berkembang pesat meski dalam kesenjangan politik dan keterbatasan infrastruktur kala itu, para pendidik dan pengelola lembaga pendidikan seyogya nya dapat terinspirasi dalam hal ketahanan dan inovasi untuk mengatasi tantangan serupa. Mengingat banyaknya kontroversi kualitas pendidikan di Indonesia saat ini.
Dalam menggali data sejarah untuk buku ini, penulis mengikuti metode sejarah Gottschalk yang meliputi empat langkah pokok yaitu, heuristik atau pengumpulan sumber sejarah, kritik atau seleksi sumber sejarah yang didapat, lalu penafsiran terhadap fakta sejarah sebagai hasil dari langkah kritik, dan historiografi atau penulisan karya sejarah
Berangkat dari kesenjangan pendidikan pribumi pada masa penjajahan, Muhammadiyah bergerak sebagai organisasi Islam yang memfasilitasi masyarakat pribumi, terutama perempuan dan anak-anak pada masa itu untuk memperoleh pendidikan. Sebagai bagian dari jaringan Muhammadiyah dan Aisyiyah, TK ABA berupaya memenuhi kebutuhan akan pendidikan dasar yang dapat mempersiapkan anak untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi dengan fondasi agama yang kuat.
Kiprah ‘Aisyiyah telah dimulai sejak berdirinya perkumpulan Sapatresna pada tahun 1914. Perkumpulan inilah yang belakangan menjadi awal lahirnya organisasi ‘Aisyiyah yang didirikan pada 22 April 1917 sekaligus berdirinya TK ABA pertama pada tahun 1924 di kampung Kauman sebagai transformasi dari sekolah Froubel Kindergarten, dari sekolah formal biasa menjadi sekolah dengan muatan keagamaan.
Sejarawan ‘Bisjron A.W.’ mencatat, guru angkatan pertama di TK ABA Kauman hanya tiga orang secara sukarela, yaitu: Siti Djalalah, Siti Umnijah, dan Siti As’adah. Pada masa awal didirikan, TK ini tak hanya fokus pada muatan keagamaan, tapi juga menerapkan metode belajar sesuai dengan kebutuhan anak usia dini. Diantaranya adalah bercerita, menyanyi dan bermain, diperkuat dengan adanya temuan buku yang dijadikan panduan atau pedoman mengajar karena berisi nyanyian, ajaran dan materi kemuhammadiyahan di TK ABA Kauman, berjudul Boekoe Poedjian Siswa Praja lan Boesthan. Sampai pada era modern pola pembelajaran TK ABA mulai bervariasi menyesuaikan kebutuhan zaman. Terbagi menjadi sentra balok, persiapan, seni kreatif, sains, imtaq hingga tambahan kegiatan ekstrakulikuler
Dari dinamika perkembangan TK ABA, secara kronologis perkembangan TK ABA di berbagai wilayah berlangsung secara acak dan tidak linier. Beberapa TK ABA baru berdiri lama setelah kehadiran Muhammadiyah dan ‘Aisyiah, sebagamana yang terjadi di Aceh, Muhammadiyah dan Aisyiyah telah ada sejak tahun 1935, tetapi TK ABA pertama baru berdiri di Sigli tahun 1953. Di Bukittinggi, Sumatera Barat, Muhammadiyah dan Aisyiyah sudah berkembang dalam tahun 1930 sementara TK ABA baru berdiri tahun 1965. Kebanyakan TK ABA berdiri pada 1950an pasca Indonesia merdeka.
Tak lepas dari nilai sejarah, buku ini merupakan bacaan yang bermanfaat, khususnya untuk pegiat sejarah, mahasiswa atau siapa saja yang tertarik dengan sejarah pendidikan anak di Indonesia. Dengan narasi yang mendalam dan studi kasus yang terperinci, buku ini berikan gambaran jelas bagaimana TK ABA berkembang dari masa ke masa di berbagai penjuru Indonesia. Terlepas dari beberapa kekurangan kecil, buku ini telah kontribusi yang berharga bagi studi sejarah pendidikan di Indonesia, karena buku inilah yang pertama menceritakan tentang sejarah TK ABA di seluruh wilayah di Indonesia.