logo
  • PENDIDIKAN AGAMA MULTIKULTURAL: DARI ETIKA RELIGIUS, KAJIAN EMPIRIS HINGGA PRAKSIS IMPLEMENTATIF

PENDIDIKAN AGAMA MULTIKULTURAL: DARI ETIKA RELIGIUS, KAJIAN EMPIRIS HINGGA PRAKSIS IMPLEMENTATIF

In stock
3
Harga Buku Rp. 165.000
Harga EBook Rp. 99.000
  • Pengarang : Tobroni
  • Kategori : Agama Islam
  • ISBN : 978-979-796-793-2
  • e-ISBN : 978-979-796-794-9
  • Tahun Terbit : 2023
  • Halaman : 275
  • Cetakan : Pertama
  • Ukuran : 16 x 23 cm
  • Berat : 0,8 kg

Buku ini hadir di hadapan pembaca yang budiman dilatarbelakangi oleh keprihatinan yang mendalam terhadap fenomena tren keberagamaan yang melahirkan energi negatif. Melalui pendidikan agama yang mengedepankan etika sosial serta program pemberdayaan kehidupan beragama oleh para pemuka agama, diharapkan agama akan melahirkan kekuatan peradaban yang luar biasa. Misi normatif agama yaitu rahmat, damai, kasih dan dharma menyaratkan kedewasaan dalam beragama, beragama yang melibatkan 
akal dan hati nurani atau pola keberagamaan yang fitri yaitu cerdas dan ihlas. Sebaliknya agama hanya akan melahirkan energi negatif atau menjadi candu masyarakat apabila memasung akal dan memperdaya hati nurani, beragama karena sentimen, kebencian dan ambisi. 

KATA PENGANTAR (Menteri Agama Republik Indonesia)    -    v

KATA PENGANTAR (Prof. Dr. FX Eko Armada Riyanto)    -    ix

PRAKATA    -    xv

DAFTAR ISI    -    xix

BAGIAN  1  PENDAHUlUAN

Bab 1         Kajian Tentang Etika Sosial dan Persaudaraan    -    3

  1. Etika dan Moral dalam Kehidupan Bangsa dan Negara    -    3
  2. Islam Tentang Etika dan Moral    -    5

  3. Islam Agama Etis dan Moralitas    -    8
  4. Hubungan Karakter dan Akhlak dalam Kajian Filsafat dan Agama-    10
  5. Pendidikan Etika Sosial Persaudaraan    -    13

BAGIAN  2  TolERANSI BERAGAMA DAlAM RAGAM PERSPEKTIF

Bab 2         Etika Toleransi Beragama dalam Islam dan Kristen    -    19

  1. Etika Kerukunan dalam Islam    -    19
  2. Implementasi Etika Kerukunan dalam Islam    -    22
  3. Etika Kerukunan dalam Kristen (Katolik dan Protestan)    -    23
  4.  Inklusif-Eksklusif dalam Kristen    -    31

Bab 3          Konstruksi Teologi dan Toleransi Antarumat Beragama    -    33

  1. Perbedaan adalah Niscaya    -    33
  2. Keihlasan adalah Hati Agama    -    37
  3. Toleransi adalah Tolok Ukur Kedewasaan Beragama    -    38
  4. Model Keberagamaan untuk Toleransi    -    42
  5. Islam dan Kristen Bersaudara    -    43

Bab 4          Aspek dan Dialektika Hubugan Antarumat Beragama    -    47

  1. Aspek Keimanan    -    48
  2. Aspek Kesejarahan    -    49
  3. Aspek Sosial    -    50
  4. Aspek Politik    -    53
  5. Aspek Kultural    -    55

Bab 5          Bentuk-bentuk Hubungan Etis Antarumat Beragama    -    57

  1. Asimilasi    -    57
  2. Kerjasama    -    58
  3. Kompetisi    -    59
  4. Konflik    -    59

Bab 6        Kedewasaan Beragama dan Toleransi    -    61

  1. Kedewasaan Keberagamaan dan Multikulturalisme    -    61
  2. Kedewasaan Keberagamaan, Toleransi dan Persaudaraan Iman
    • 65

Bab 7       Spiritualitas  Sebagai   Paradigma  Perdamaian dalam Keberagamaan    -    69

  1. Konsep Spiritualitas    -    71
  2. Kedudukan Spiritualitas dalam Islam    -    72
  3. Kebutuhan Manusia Modern Terhadap Spiritualitas    -    72
  4. Kekerasan   dalam    Beragama             sebagai Akibat    Kekeringan Spiritualitas    -    74
  5. Spiritualitas sebagai Solusi    -    75
  6. Kembali Kepada Agama, Kembali Kepada Perdamaian    -    78

BAGIAN  3  PRoBlEM DAN PERAN ElIT DAlAM HUBUNGAN ANTAR

AGAMA DI JAwA TIMUR

Bab 8          Konteks Sosial Budaya Hubungan Antarumat Beragama    -    83

  1. Setting Sosial Masyarakat Jawa Timur    -    83
  2. Karakteristik Keberagamaan Masyarakat Malang Raya    -    89
  3. Organisasi dan Gerakan Keagamaan di Malang Raya    -    92
  4. Dinamika Kehidupan dan Kerukunan Umat Beragama di Malang Raya    -    94

Bab 9          Problematika Hubungan Antarumat Beragama    -    101

  1. Stereotype    -    102
  2. Perilaku Tidak Simpatik    -    103
  3. Permusuhan    -    105
  4. Saling Ancam    -    105

Bab 10 Peran Elit Agama Terhadap Multikulturalisme    -    111

  1. Pola Hubungan Antarumat Beragama    -    111
  2. Peran Elit Agama Terhadap Multikulturalisme    -    114
  3. Fungsi Kontribusi Pemuka Agama Terhadap Multikulturalisme
    • 119
  4. Makna Kontribusi Pemuka Agama di Jawa Timur Terhadap Multikulturalisme    -    122
  5. Lesson Learned Kontribusi Pemuka Agama di Jawa Timur Terhadap Multikulturalisme    -    126

BAGIAN  4  PENGEMBANGAN ETIKA SoSIAl HUBUNGAN ANTARUMAT

BERAGAMA MElAlUI PENDIDIKAN

Bab 11 Etika Sosial Sebagai Dasar Pengembangan Toleransi Beragama-    129

  1. Kajian Tentang Etika dan Moral    -    129
  2. Pandangan Islam Tentang Kemajemukan    -    130
  3. Perilaku Etis Manusia dengan Sesamanya    -    133

 

Bab 12 Pembentukan Etika Sosial Melalui Pendidikan Agama    -    155

                 A.       Latar Belakang Permasalahan    -    155

 PENDIDIKAN AGAMA MULTIKULTURAL

Dari Etika Religius, Kajian Empiris hingga Praksis Implementatif Toleransi Beragama

  1. Fungsi Strategis Sekolah dalam Pendidikan Etika Sosial    -    157
  2. Rekonstruksi Pendidikan Agama    -    161

Bab 13 Pendidikan Agama yang Fungsional dan Anti Radikalisme Anarkisme    -    175

  1. Makna Generik Radikalisme    -    175
  2. Perlawanan Terhadap Radikalisme    -    177
  3. Radikalisme Anarkis Atas Nama Agama    -    178
  4. Sesat Pikir Kelompok Radikalis Anarkis    -    180
  5. Kesalahan-kesalahan dalam Pendidikan Agama    -    182

Bab 14 Pendidikan Etika Sosial Berbasis Kearifan  lokal    -    185

  1. Fenomena Pendidikan yang Gelap dan Lemah Karakter    -    186
  2. Sumber-sumber Kearifan Lokal    -    189
  3. Menumbuhkan Potensi Lingkungan Lokal sebagai Pembentuk Kepribadian Anak    -    199
  4. Lokalitas dan Universalitas sebagai Dasar Pembentukan Kepribadian    -    201

Bab 15 Pengembangan Etika Sosial Melalui Pendidikan    -    203

  1. Program Pengembangan Persaudaraan    -    204
  2. Persaudaraan dalam Hubungan Guru-Siswa    -    207
  3. Persaudaraan dalam Hubungan Sesama Siswa    -    210
  4. Membudayakan Hak dan Kewajiban    -    211
  5. Mengembangkan Multikulturalisme    -    213
  6. Mengembangkan Kompetisi dan Kerjasama    -    215
  7. Dalam Mengembangkan Budaya Damai    -    216
  8. Program-program Sekolah untuk Memperkokoh Etika Sosial dan Perdamaian    -    217

DAFTAR PUSTAKA    -    225

INDEKS    -    241

GloSARIUM    -    245

TENTANG PENUlIS    -    249

Manusia secara kodrati merupakan makhluk dengan keterbatasan pengetahuan dalam memahami pengetahuan Tuhan Yang Maha Luas. Keterbatasan itulah yang mengakibatkan munculnya ragam tafsir manusia dalam memahami kebenaran. Kebenaran satu tafsir buatan manusia pun menjadi relatif, sebab kebenaran hakiki hanya milik Tuhan.

            Sebagai makhluk dengan kemampuan terbatas, manusia sangat mungkin terperosok dalam bentuk pemahaman yang ekstrim dan berlebih-lebihan dalam mempraktikkan kebenaran ajaran agama. Terlebih, seiring perkembangan teknologi komunikasi, ajaran agama yang berlebihan semakin berkembang luas, lalu mengganggu kedamaian.

            Jangankan ekstrim atau berlebihan terhadap sesuatu yang sudah jelas buruk, seperti bersifat sombong, bahkan bersifat baik pun implikasinya menjadi buruk ketika dilakukan berlebih-lebihan, misalnya dalam hal sedekah, jika berlebihan jatuhnya pemborosan.

            Moderasi merupakan kata kunci yang penting untuk dipahami agar setiap orang dapat mempraktikannya. Orang yang senantiasa beribadah tanpa membantu masalah orang lain di sekitarnya, atau mereka yang merendahkan ajaran agama lain tergolong orang yang berlebihan. Hal semacam ini bisa disebut tidak sesuai dengan prinsip moderasi dalam beragama atas dasar paham supremasi.      

            Buku yang ditulis Prof. Tobroni ini sangat relevan dalam merespon kondisi umat beragama yang seringkali diwarnai dengan ketegangan konflik, intoleransi antar agama, hingga kekerasan. Buku ini bisa dibilang komprehensif karena diawali dari pembahasan etika religius sebagai persoalan mendasar kehidupan beragama.

            Berangkat dari keprihatinan mendalam soal tren berbau agama atau budaya beragama saat ini yang cenderung negatif. Di sisi lain, agama baik di tangan orang yang baik, tetapi akan menjadi buruk ditangan orang yang jahat. Melalui pendidikan multikultural yang kedepankan etika sosial, agama diharapkan dapat melahirkan kekuatan peradaban, sebaliknya, nilai - nilai agama yang baik akan sirna dengan kebencian antar sesama.

            Keberagaman keyakinan jadi potensi konfik terjadi, oleh karena itu pembentukan nilai karakter, seperti kepedulian, toleransi, cinta damai dan semangat kebangsaan perlu dilakukan sejak dini demi masa depan generasi bangsa melalui pendidikan multikultural. Pendidikan yan menghargai berbagai perbedaan dan memberikan keadilan terhadap setiap individu tanpa adanya diskriminasi.

Karya guru besar FAI UMM ini berhasil suguhkan data empiris tentang berbagai persoalan kehidupan beragama, dari akar persoalan, konflik beserta solusinya. Buku yang bertajuk “Dari Etika Religius, Kajian Empiris hingga Praktis Implementatif Toleransi Beragama” ini juga muat praksis pendidikan toleransi di lingkungan sekolah yang dapat memperkaya wawasan atau alternatif pendidikan multikultural dalam rangka toleransi beragama.

Dalam konteks pendidikan keagamaan Indonesia, Tobroni soroti dua hal; Pertama kualitas pendidikan keagamaan, meliputi madrasah, pesantren dan perguruan tinggi. Lembaga pendidikan tersebut di wanti-wanti sebagai pusat keunggulan (Centre of Excellence) yang mampu kembangkan IPTEK hinga kebudayaan yang bernuansa religius dan berkebangsaan. Kedua, pendidikan agama di sekolah yang bertujuan membangun harmoni kehidupan beragama siswa diharapkan dapat mencetak lulusan moderat dalam memahami doktrin agama.

Pada bagian pengantar, Menteri Agama RI, Yaqut Cholil Qourmas jelaskan, moderasi beragama adalah tata cara beragama yang berkeadaban, bertanggung jawab dan efektif. Menurutnya moderasi beragama merupakan bagian dari nilai-nilai adiluhung bangsa yang harus terus diwariskan kepada segenap warga bernegara yang memegang teguh Bhineka Tunggal Ika berdasarkan Pancasila dan UUD 45 dalam wadah kesatuan NKRI (Hal. v-vi).

Mengutip dari pengantar lain, Prof. Dr. FX Eko Armada Riyanto, buku ini bagaikan embun yang dirindukan tatkala hidup kebersamaan kita sedang berada di padang gurun kering. Menurut ahli filsafat dan ketua STFT Widya Sasana Malang tersebut, persaudaraan antarumat beragama yang berbeda harus kita perjuangkan bersama. Dalam buku ini, Tobroni uraikan berbagai tema persaudaraan dalam alur berpikir edukatif yang runtut, kaya, sekaligus kompak (Hal. ix).

Berdasarkan uraian diatas, buku ini layak dijadikan referensi dalam implementasi kebijakan Pembangunan bidang keagamaan untuk jangka menengah maupun jangka Panjang, serta relevan untuk dijadikan bacaan di lingkungan akademis, untuk guru, ustadz, murid, serta siapa saja yang tertarik soal kehidupan beragama di Indonesia.

    

Informasi

Stay Connected