Proses pembangunan politik pasca kejatuhan rezim Orde Baru cukup pesat, salah satunya ditandai dengan adanya transformasi dalam sistem kepartaian dan pemilu, serta meningkatnya partisipasi politik. Sistem kepartaian berkembang dari limitasi menjadi multipartai, sementara pemilu dilakukan oleh lembaga independen yang bernama Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang menjamin proses pemilu berjalan dengan jujur, adil, dan trasfaran. Partisipasi masyarakat dalam politik pun meningkat yang ditandai dengan besarnya minat masyarakat untuk mendirikan partai, sekaligus aktif dalam berbagai aktivitas politik, termasuk mereka yang ikut melakukan mobilisasi politik. Pemilu pada masa Orde Baru hanya diikuti oleh dua partai politik (yaitu, PPP dan PDI) dan satu Golkar, sebaliknya pada pemilu era reformasi diikuti oleh banyak partai (multipartai). Pada pemilu 1999 diikuti oleh 48 partai politik, dan pada pemilu 2004 diikuti oleh 24 partai, sementara pemilu 2009 rencananya akan diikuti oleh 34, dengan empat partai tambahan (jumlah keseluruhan 38 partai), dengan enam partai lokal yang ada di Provinsi Nangru Aceh Darussalam. Lahirnya partai politik di era mutipartai sekarang lebih banyak mengadopsi basis massa yang berlatar primordialisme (aliran) yang secara jamak dipakai partai politik dalam pemilu 1955 Orde Lama. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa kondisi keparpolan di Indonesia saat ini lebih merupakan sistem kepartaian 1995 jilid dua, dengan situasi dan kondisi berbeda dari jilid pertama (Orde Lama). Hal ini telah mendorong adanya dinamika politik kepartaian yang jauh berbeda dengan ketika masa rezim terdahulu yang represif (Orde Baru). Berubahnya sistem kepartaian juga berpengaruh pada pola hubungan partai dan pemilihnya, termasuk pada pemaknaan partai politik oleh pemilih. Dinamika politik, pola hubungan, serta pemaknaan baru oleh pemilih tidak diantisipasi dan dipersiapkan dengan baik oleh partai politik. Hal ini dibuktikan dari jeleknya kinerja partai maupun anggota Dewan. Akibatnya reformasi politik kepartaian menjadi tidak sejalan dengan harapan masyarakat, lebih jauh reformasi tidak linier dengan perkembangan ekonomi dan kesejahteraan rakyat. Dengan reformasi, yang terjadi justru melahirkan bibit-bibit baru korupsi, kolusi dan nepotisme, khususnya di lingkungan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Kondisi ini secara cepat menjalar dan menimbulkan sikap “sinisme” kepada partai politik. Sikap sinisme ini lantas diikuti oleh perilaku “apathy” dan perasaan “anomi” di kalangan masyarakat. Hal ini menjadi pendorong dari berkembangnya kelompok non-partisan dan massa mengambang (floating mass) yang dicirikan dengan pola perilaku praktis- pragmatis dalam memilih partai.
PRAKATA v
DAFTAR ISI vii
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR xi
BAB I. PENDAHULUAN 1
BAB II. KAJIAN TEORITIK 9
A. Demokrasi Defisit dan Partisipasi Politik 9
B. Representasi 14
C. Sistem Kepartaian 16
D. Sistem Pemilu 22
E. Jenis Pemilih: Aliran Politik Geertz 25
F. Fenomena Politik Kepartaian 29
BAB III. KEADAAN SOSIAL, BUDAYA DAN POLITIK MASYARAKAT 35
A. Pendahuluan 35
B. Karakter Budaya 37
C. Geo Politik 46
BAB IV. TIPOLOGI PEMILIH 73
A. Social Cleavages Pemilih 73
B. Varian Keagamaan Pemilih dan Afiliasi Politik 81
C. Pemilih Santri dan Abangan 89
D. Proses Sosialisasi dan Identifikasi Diri 100
E. Pola Patronasi 109
BAB V. PARTAI DAN SISTEM KEPARTAIAN 119
A. Sistem Kepartaian Era Multipartai 119
B. Peta Ideologi Partai Politik Indonesia 123
C. Partai Sektarian 135
D. Kecenderungan Ideologi Partai Politik Di Era Multi-partai 158
BAB VI. MAKNA PARTAI POLITIK BAGI PEMILIH 165
A. Makna Partai: Sebuah Gambaran Umum 165
B. Makna Ideologis 168
C. Makna Sosial Kemasyarakatan 181
D. Makna Ekonomi 190
BAB VII. PARTAI DAN PEMILIH DI ERA MULTI PARTAI 199
A. Kinerja Partai Politik 199
B. Strategi Partai Politik dalam Meraih Simpati Pemilih 208
C. Perilaku Voting di Era Multipartai 227
BAB VIII. KESIMPULAN 245
A. Eksistensi Politik Aliran Belum Hilang 248
B. Berkembangnya Massa Mengambang dan Swings Voters 250
C. Perluasan Makna Partai 252
D. Partai Mengejar Kepentingan Jangka Pendek 253
E. Diskusi Teoritik 256
DAFTAR FUSTAKA 263
GLOSARIUM 277
INDEKS 281
TENTANG PENULIS 285