logo
  • PARTAI DAN PEMILU: PERILAKU POLITIK DI ARAS LOKAL PASCA ORDE BARU

PARTAI DAN PEMILU: PERILAKU POLITIK DI ARAS LOKAL PASCA ORDE BARU

In stock
0
Harga Buku Rp. 185.000
  • Pengarang : Asep Nurjaman
  • Kategori : Sosial & Populer
  • ISBN : 978-979-796-381-1
  • e-ISBN :
  • Tahun Terbit : 2019
  • Halaman : 297
  • Cetakan : Pertama
  • Ukuran : 16 x 23 cm
  • Berat : 2000

Proses pembangunan politik pasca kejatuhan rezim Orde Baru cukup pesat, salah satunya ditandai dengan adanya transformasi dalam sistem kepartaian dan pemilu, serta meningkatnya partisipasi politik. Sistem kepartaian berkembang dari limitasi menjadi multipartai, sementara pemilu dilakukan oleh lembaga independen yang bernama Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang menjamin proses pemilu berjalan dengan jujur, adil, dan trasfaran. Partisipasi masyarakat dalam politik pun meningkat yang ditandai dengan besarnya minat masyarakat untuk mendirikan partai, sekaligus aktif dalam berbagai aktivitas politik, termasuk mereka yang ikut melakukan mobilisasi politik. Pemilu pada masa Orde Baru hanya diikuti oleh dua partai politik (yaitu, PPP dan PDI) dan satu Golkar, sebaliknya pada pemilu era reformasi diikuti oleh banyak partai (multipartai). Pada pemilu 1999 diikuti oleh 48 partai politik, dan pada pemilu 2004 diikuti oleh 24 partai, sementara pemilu 2009 rencananya akan diikuti oleh 34, dengan empat partai tambahan (jumlah keseluruhan 38 partai), dengan enam partai lokal yang ada di Provinsi Nangru Aceh Darussalam. Lahirnya partai politik di era mutipartai sekarang lebih banyak mengadopsi basis massa yang berlatar primordialisme (aliran) yang secara jamak dipakai partai politik dalam pemilu 1955 Orde Lama. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa kondisi keparpolan di Indonesia saat ini lebih merupakan sistem kepartaian 1995 jilid dua, dengan situasi dan kondisi berbeda dari jilid pertama (Orde Lama). Hal ini telah mendorong adanya dinamika politik kepartaian yang jauh berbeda dengan ketika masa rezim terdahulu yang represif (Orde Baru). Berubahnya sistem kepartaian juga berpengaruh pada pola hubungan partai dan pemilihnya, termasuk pada pemaknaan partai politik oleh pemilih. Dinamika politik, pola hubungan, serta pemaknaan baru oleh pemilih tidak diantisipasi dan dipersiapkan dengan baik oleh partai politik. Hal ini dibuktikan dari jeleknya kinerja partai maupun anggota Dewan. Akibatnya reformasi politik kepartaian menjadi tidak sejalan dengan harapan masyarakat, lebih jauh reformasi tidak linier dengan perkembangan ekonomi dan kesejahteraan rakyat. Dengan reformasi, yang terjadi justru melahirkan bibit-bibit baru korupsi, kolusi dan nepotisme, khususnya di lingkungan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Kondisi ini secara cepat menjalar dan menimbulkan sikap “sinisme” kepada partai politik. Sikap sinisme ini lantas diikuti oleh perilaku “apathy” dan perasaan “anomi” di kalangan masyarakat. Hal ini menjadi pendorong dari berkembangnya kelompok non-partisan dan massa mengambang (floating mass) yang dicirikan dengan pola perilaku praktis- pragmatis dalam memilih partai.

PRAKATA        v
DAFTAR ISI         vii
DAFTAR TABEL        ix
DAFTAR GAMBAR        xi

BAB I.     PENDAHULUAN        1
BAB II.     KAJIAN TEORITIK        9
A.     Demokrasi Defisit dan Partisipasi Politik        9
B.     Representasi        14
C.     Sistem Kepartaian        16
D.     Sistem Pemilu        22
E.     Jenis Pemilih: Aliran Politik  Geertz        25
F.     Fenomena Politik  Kepartaian        29
BAB III.      KEADAAN SOSIAL, BUDAYA DAN POLITIK MASYARAKAT         35
A.     Pendahuluan         35
B.     Karakter Budaya        37
C.    Geo Politik        46
BAB IV.     TIPOLOGI PEMILIH        73
A.     Social Cleavages Pemilih        73
B.     Varian Keagamaan Pemilih dan Afiliasi Politik         81
C.      Pemilih Santri dan Abangan        89
D.     Proses Sosialisasi dan Identifikasi Diri        100
E.     Pola Patronasi        109
BAB V.     PARTAI DAN SISTEM KEPARTAIAN         119
A.     Sistem Kepartaian Era Multipartai        119 
B.    Peta Ideologi Partai Politik Indonesia        123
C.    Partai Sektarian        135
D.     Kecenderungan Ideologi Partai Politik Di Era Multi-partai        158
BAB VI.      MAKNA PARTAI POLITIK BAGI PEMILIH        165
A.     Makna Partai: Sebuah Gambaran Umum        165
B.     Makna Ideologis        168
C.     Makna Sosial Kemasyarakatan         181
D.     Makna Ekonomi        190
BAB VII.    PARTAI DAN PEMILIH DI ERA MULTI PARTAI         199
A.     Kinerja Partai Politik        199
B.     Strategi Partai Politik dalam Meraih Simpati Pemilih    208
C.     Perilaku Voting di Era Multipartai        227
BAB VIII.    KESIMPULAN         245
A.    Eksistensi Politik Aliran Belum Hilang        248 
B.    Berkembangnya Massa Mengambang dan Swings Voters        250
C.    Perluasan Makna Partai          252
D.    Partai Mengejar Kepentingan Jangka Pendek          253
E.    Diskusi Teoritik         256

DAFTAR FUSTAKA        263
GLOSARIUM        277
INDEKS            281
TENTANG PENULIS        285

Informasi

Stay Connected