Persinggungan dengan PAT ini senantiasa membekas dalam perjalanan hidup saya. Membekas bukan karena saymenjadi PAT-isme atau menggandrungi dan membaca habis karya-karya PAT, namun membekas dalam ingatan karena tidak dibolehkannya membaca karya seseorang yang dianggap berseberangan dengan kebijakan politik Negara. Sampailah pada suatu saat, saya membuka kembali ingatan pada PAT dan mencuplik sebuah pesan PAT akan pentingnya menulis sebagai bagian kehidupan. Dalam banyak hal saya menyadari, bahwa apa yang saya tulis mungkin tidak berarti bagi orang lain. Namun, tulisan tersebut, meminjam apa yang dikatakan PAT hanya untuk membuktikan secara pribadi bahwa dalam hidup ini kita tidak ditinggalkan sejarah. Sejelek apapun karya dan tulisan tersebut adalah untuk membuktikan bahwa kita sebenarnya bisa menulis, tentu dengan sudut pandang kita. Apakah tulisan tersebut bisa dibandingkan? Selalu menjawabnya Tidak. Tidak dalam arti, apapun bentuk tulisan tersebut tetap menjadi sebuah cacatan, paling tidak catatan dalam kehidupan kita masing-masing. Memberi catatan dalam kehidupan pribadi memang agak sulit mendefinisikan. Bagi saya, memulai sebuah tulisan dan membuat catataan dalam sebuah tulisan untuk membuktikan bahwa hidup adalah sebuah tantangan. Untuk membuat tantangan, seseorang seharusnya menempatkan target tertentu dalam hidupnya. Target tidak harus besar, target bukan harus mengarah pada kemampuan untuk memperbaiki kehidupan finansial seseorang, tetapi meletakkan target sekecil apapun asal bisa dicapai.
Dari Penulis v
Daftar Isi xi
Bagian 1: Kilas Balik Kota Malang 1
Antara Malang dan Surabaya 3
Jalan Berlubang, Antara Pajak dan Retribusi! 7
Adipura Kencana Lepas Lagi? 11
Malang Kembali 15
Benarkah Kota Pendidikan? 17
Urgensi Pendidikan Gratis 23
Kilas Balik: Kongkalikong Penetapan APBD 29
Catatan Gerakan Penghijauan 33
Catatan Pembangunan MOG 37
Urgensi Ruang Publik 43
AIDS dan Kampanye Kondom 47
Kemerosotan Lingkungan Kota 51
Sang Walikota 57
Sejarah: Sepakbola dan APBD 61
Bagian 2: Ekonomi & Lingkungan 67
Bumi, Satu Pijakan Beda Pandangan 69
Berdikari di Tengah Produk Made in China 73
PT KAI Yang Berubah 77
Hari Buruh, Sebuah Tuntutan 81
BOM Waktu Pengangguran 85
Mengapa Rokok? 89
Program Keluarga Berencana: “di Persimpang Jalan” 95
Wanita dan Ideologi Pembangunan 101
Ekonomi Tembakau 107
Padang: Jauh di Mata 109
Bagian 3: Pendidikan 113
“Kejujuran antara Kantin dan Instansi Pendidikan” 115
UNAS Masihkah Diperlukan 121
“Pendidikan: Komoditi atau Tanggung Jawab” 125
Perguruan Tinggi, Betulkah Pencetak Pengangguran? 131
Bisnis Skripsi “Buruk Muka Cermin Dibelah?” 135
Pemimpin (Harus) Sederhana 139
Pembelajaran Sebagai Pengalaman 143
Memilih Rektor, dari Sudut Media 147
Kesetaraan Perguruan Tinggi 151
Indeks 155